
ARASYNEWS.COM – Desa Kubu Gadang, merupakan salah satu desa di provinsi Sumatera Barat. Letaknya di tepi danau Maninjau di kabupaten Agam. Berada didaerah perbukitan.
Kubu Gadang terletak di atas perbukitan dengan jarak tempuh lebih kurang 3 kilometer dari jalan utama saat ini. Berdekatan dengan Pondok Pesantren Prof Dr Buya Hamka.
Kubu Gadang merupakan salah satu perkampungan tertua dan pertama ditempati di Nagari Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam.
Desa ini masih terlihat banyak rumah-rumah penduduk. Hanya saja desa ini tidak lagi dihuni sejak tahun 1980 karena bencana longsor besar yang menyebabkan kekeringan dan sumber air bersih hilang.
Desa ini seakan mati dan suasananya mencekam. Bencana merubah nasib perkampungan menjadi mati. Perlahan penduduk mulai mengungsi ke pemukiman baru, seiring daerah tapian Danau Maninjau sudah ramai penduduk.
Sesuai sebutannya ‘kampung mati’ yang letaknya jauh dari keramaian itu memiliki suasana yang mencekam hingga pada berbagai kisah mistisnya.
Desa atau perkampungan ini memiliki jejak sejarah yang panjang sebagai saksi asal-usul penduduk sekitar Danau Maninjau.
Kampung Kubu Gadang dulunya merupakan desa yang ramai dengan kehidupan penduduknya.
Namun, seiring berjalannya waktu, kampung ini perlahan ditinggalkan oleh warganya yang merantau ke berbagai daerah, sebagaimana tradisi masyarakat Minangkabau yang terkenal dengan budaya merantaunya.
Salah satu alasan pindahnya masyarakat karena akses yang sulit ke kampung ini dan memilih masyarakat untuk pindah ke daerah tepian Danau Maninjau yang lebih mudah dijangkau.

Desa ini sekarang ditinggalkan, hanya menyisakan rumah-rumah kayu yang mulai lapuk dan hancur, seolah menjadi monumen bisu kenangan masa lalu.
Banyak bangunan-bangunan tua dengan kayu yang masih kokoh berdiri. Diketahui dahulunya desa ini menjadi tempat tinggal dengan berbagai aktifitas masyarakat.
Salah satu bangunan yang dulunya dimanfaatkan sebagai balai desa terlihat terbengkalai. Plafon yang masih terpasang dan dokumen-dokumen tua yang masih terletak, memberikan gambaran sekilas tentang kehidupan masa lalu.
Menurut cerita orang tertua terdahulu, desa ini merupakan bagian penting dari sejarah Nagari Maninjau. Sebelum adanya pemukiman di tepian danau, Kubu Gadang dan Panji, kampung tetangganya, adalah pusat kehidupan penduduk di daerah ini.
Keduanya berdiri di atas perbukitan, sekitar 3 kilometer dari jalan utama, dan sempat menjadi pusat pendidikan dan kehidupan sosial bermasyarakat.
Pada masa-masa sulit, seperti saat agresi Belanda, pendudukan Jepang, dan konflik PRRI, Kubu Gadang menjadi tempat perlindungan bagi penduduk setempat.
Namun, bencana alam pada tahun 1980, berupa longsor besar yang menghilangkan sumber air bersih, mengubah nasib kampung ini.
Setelah bencana tersebut, penduduk mulai pindah ke daerah yang lebih mudah diakses di tepian danau, membuat kampung ini perlahan-lahan mati.

Kenangan yang Tersisa
Kabarnya, Kubu Gadang dulunya merupakan perkampungan yang dihuni sekitar 150 rumah dan kini telah kosong.
Meskipun kampung ini kini sepi, peninggalan sejarahnya masih tersisa. Beberapa rumah kayu panggung masih banyak berdiri meski dalam kondisi rusak. Ini menunjukkan kekayaan arsitektur tradisional Minangkabau.
Pohon-pohon kulit manis dan kebun-kebun yang masih digarap oleh warga yang tinggal di sekitar Danau Maninjau menunjukkan bahwa kampung ini pernah menjadi bagian penting dari kehidupan agraris masyarakat setempat.
Selain itu, kampung ini juga dikenal memiliki sebuah surau tua yang diperkirakan merupakan salah satu yang tertua di kawasan Maninjau.
Surau ini menjadi saksi bisu dari kehidupan spiritual dan pendidikan agama masyarakat Kubu Gadang di masa lampau. []