
ARASYNEWS.COM – Ada beberapa kejadian yang terjadi pada race MotoGP di Motegi Jepang pada Ahad (25/9) kemarin. Diantaranya dialami pembalap yang naik podium dalam race seri sebelumnya di Aragon. Mereka adalah Aleix Espargaro dan Fransesco Pecco Bagnaia, serta pembalap Suzuki Alex Rins dan Takuya Tsudaz.

Aleix Espargaro
Pembalap Spanyol ini mendapat hal yang tak terduga saat awal dimulainya race. Saat sedang menggeber motor RS-GP miliknya, ia sadar ada yang salah. Terlihat dari kamera, pria 33 tahun itu menggelengkan kepala berkali-kali dan kemudian diujung warm lap, ia masuk ke pit dan mengganti motornya.
Padahal saat itu, lawan-lawannya sudah berbaris dan menunggu lampu hijau. Espargaro pun mengganti motor dan start dari pit lane.
Pemilik motor nomor 41 terlempar ke urutan paling buncit dan pulang dengan tangan hampa untuk pertama kalinya musim ini usai finis di urutan ke-16.
Situasi yang menimpa Espargaro itu tentu membingungkan penonton. Dan usut punya usut ternyata insinyur Aprilia lupa mengubah peta digital. Seharusnya, mereka mengunggah peta penghemat bahan bakar ‘Eco-Lap’, 20 menit ketika dia meninggalkan garasi sebelum balapan. Jadi motor tidak melebihi 4 ribu lap dan tidak mengonsumsi bensin.
Ketika berada di grid, ‘Eco Lap’ dihapus dan berganti peta balap. Saat prosedur itu tak diikuti, Espargaro kecewa di mana motornya kehilangan daya.
“Ada masalah dengan peta untuk menghindari membuang bahan bakar di grid dan saya melihatnya saat lap pemanasan di mana motor tidak berfungsi. Saya mencoba segalanya, saya menekan semua tombol, lalu saya menghentikan motor dan menyalakan lagi, tapi peta yang muncul adalah yang mereka unggah sebelumnya,” ia mengungkapkan.
“Saya mengambil motor kedua, yang tidak pernah dipakai sepanjang akhir pekan ini. Ban yang terpasang bukan untuk balapan dan tidak berfungsi. Meski begitu, saya berkendara sangat kencang tapi di trek ini, sulit untuk menyalip. Saya kehilangan banyak waktu di belakang Fabio Di Giannantonio, yang paling lambat kedua setelah saya. Saya bertahan di trek seandainya ada bendera merah atau sesuatu, tapi tidak mungkin dapat poin,” terangnya.
“Masalahnya adalah tanpa peta, motor tidak bisa melaju lebih dari 4.000 lap sehingga tidak dipakai berlebihan dan mereka lupa menggantinya,” jelasnya.
Dengan kesialan itu, Espargaro masih berpeluang meraih gelar juara MotoGP karena dua lawan juga tidak maksimal. Francesco Bagnaia crash saat mencoba menyalip Fabio Quartararo yang bertahan di peringkat kedelapan.
Kendati demikian, tetap saja pemilik satu kemenangan dan delapan podium MotoGP itu kecewa.
“Tidak, tidak, itu bencana. Saya tidak peduli tentang hasil pembalap lain, hari ini saya seharusnya bisa menang dengan tenang menggunakan ban medium dan kami hampir sampai di sana. Akan lebih menyakitkan kalau Pecco dan Fabio bisa podium,” tuturnya.
“Saya tidak marah dengan tim, Pada akhirnya, kru bagian elektronik mendatangi saya dan meminta maaf. Dia mengakui kesalahannya dan saya memeluknya. Hal seperti ini bisa terjadi. Namun, hari ini, kami mundur selangkah untuk kejuaraan,” kata dia.
“Saya lemah, sedih, ini sangat merugikan. Aprilia bukan Ducati, juga bukan Yamaha atau Honda. Saya bukan Marc Marquez dan sampai di posisi sekarang, saya menghabiskan banyak biaya, banyak. Kesalahan seperti itu membuat saya tersentuh,” kata dia.
“Sulit mencerna, tapi sekarang lebih dari itu, saya harus mencoba memenangi balapan. Hanya ini opsinya yang tersisa, sekarang Fabio memimpin dan sisa empat balapan lagi. Saya harus menang di seri-seri berikutnya kalau tidak, itu mustahil,” lanjutnya.
“Motor kedua tidak bisa mengebut karena mesinnya lama, juga dipasang ban lunak di belakang. Setelan ini tidak pernah berhasil untuk saya. Saya selalu bekerja dengan baik menggunakan ban medium,” katanya
“Saya punya balapan yang buruk tapi hanya menunggu ada bendera merah. Motornya mirip tapi tidak ada ban lagi, maka mustahil. Saya berusaha sekencang mungkin setiap lap namun dengan ban lunak itu tidak mungkin,” tukasnya.
Meskipun mengalami kendala pada tunggangannya, Aleix Espargaro tetap bisa menyentuh garis finis di urutan ke-16.

Francesco Pecco Bagnaia
Disisi lain, Francesco Pecco Bagnaia juga tidak dapat menyentuh garis finis seperti race sebelumnya di Aragon. Ia crash saat last lap atau lap terakhir di turn 3.
Ia terjatuh saat hendak menyalip Fabio Quartararo di salah satu tikungan, dia kehilangan grip ban hingga tersungkur.
Yang sangat disesali ia mencoba menyalip dari sisi dalam yang sebenarnya tikungan itu bukan tempat yang baik untuk menyalip.
Meski berakhir di gravel, yang menarik, ia bertepuk tangan setelah jatuh. Maksudnya apa?
“Ia cuma memberi aplaus kepada dirinya sendiri secara ironis,” dikutip dari keterangan mantan rider Carlos Checa di DAZN. “‘Bravo Pecco, kamu sudah mengacaukannya lagi’. Fabio tidak melakukan kesalahan apa-apa, begitulah pandanganku.”
Dugaan Checa ini ternyata akurat. Usai balapan, seperti dilansir Autosport, Bagnaia mengklarifikasi bahwa tepuk tangan sarkastisnya ditujukan kepada diri sendiri. Tak cuma itu, ia mengaku crash karena kesalahan sendiri.
“Aku sudah bikin kesalahan besar, aku salah sendiri. Aku berusaha menyalip tapi gagal. (Padahal) pagi tadi segalanya sempurna saat pemanasan,” kata Bagnaia seperti dilansir Motosan.
“Aku berusaha melakukan manuver di lap terakhir, tapi malah kacau. Aku minta maaf ke seluruh anggota tim karena aku tidak melakukan tugasku dengan baik. Memang tekanan pada ban depan sudah memuncak dan tim minta maaf kepadaku. Tapi crash itu adalah kesalahanku, tak ada hubungannya dengan ban. Aku sebenarnya sangat yakin bisa menyalip dan untungnya aku tidak bikin jatuh Quartararo,” tutur Pecco Bagnaia.
Dengan kegagalan ini, Pecco Bagnaia pun gagal menjaga jarak poin dari Quartararo. Raihan angka Bagnaia tertahan 201 poin, berjarak 18 angka dari Quartararo sebagai pemuncak klasemen MotoGP 2022.
Dalam balapan kali ini, Quartararo finis di posisi kedelapan. El Diablo pun untuk sementara kukuh di posisi teratas klasemen MotoGP dengan raihan 219 angka.
Manajer tim Ducati, Davide Tardozzi, mengatakan bahwa Bagnaia sangat menyesali kegagalan meraih poin di MotoGP Jepang.
“Dia sudah bilang menyesal atas kesalahan yang dia buat. Dua tak bisa melakukan akselerasi di tikungan seperti pebalap Ducati lainnya. Kami harus tahu alasannya,” kata Tardozzi di BT Sport.
“Ban depannya kepanasan, jadi dia tak bisa melakukan pengereman keras. Saat sudah menurun, dia bisa pulih dan mendapatkan sesuatu saat mengerem,” kata dia menambahkan.
Suzuki Ecstar
Drama berikutnya terjadi ketika perlombaan tersisa 16 lap. Pembalap pengganti Joan Mir, yakni Takuya Tsuda, yang dipaksa gagal finis setelah GSX-RR miliknya terbakar. Beruntung, Marshal Sirkuit Motegi dengan sigap memadamkan api pada motornya.
Peristiwa terbakarnya motor Suzuki ini bukan kali pertama saat race berlangsung. Sebelumnya saat GP Indonesia juga mendapat hal yang sama bagi Alex Rins.
Pembalap Suzuki lainnya, Alex Rins juga mengalami Did Not Finish (DNF). Pada sembilan lap terakhir, Spaniard masuk pit lantaran motornya dilanda pecah ban.
Dalam penampilan terakhirnya di GP Jepang, Suzuki pulang dengan membawa kekecewaan ganda. Ini tentunya bukan raihan yang diharapkan dari kunjungan terakhir ke Motegi, sebelum angkat dari MotoGP selepas 2022.

Jack Miller dan Marc Marquez
Hal yang membuat heran adalah pembalap Repsol Honda Marc Marquez yang tampak santai dan finis pada P4. Ia seakan tidak mengejar naik podium padahal ia diprediksi bisa naik podium karena start dari pole position.
“Tentu saja, Marc tampil dengan baik dan kita semua tahu dia bisa membalikkan keadaan pada hari Minggu,” kata Miller dalam keterangannya
“Apakah bahunya fit atau tidak, karena (balapan) cukup (menguras) fisik di sekitar sini, banyak pengereman keras, banyak menggunakan lengan Anda untuk mencoba dan menjaga diri Anda tetap bertahan. Jadi, akan menarik untuk melihat apa yang bisa dia lakukan,” kata Miller.
Untuk seri MotoGP 2021 berikutnya akan dijadwalkan di Chang International Buriram, Thailand pada 2 Oktober. []