ARASYNEWS.COM, BUKITTINGGI – Akses masuk objek wisata di kota wisata Bukittinggi terlihat panjang pengunjung. Pengunjung mengantri di loket pembelian karcis pada akhir pekan, yakni pada Sabtu dan Ahad bulan Juni 2022 ini.
Pengunjung yang datang dari berbagai daerah tidak lagi menggunakan kartu Brizzi. Hal ini terlihat bukan hanya di pintu masuk Taman Marga Satwa Bukittinggi Kinantan (TMSBK), tapi juga di Taman Panorama Lobang Jepang, dan akses masuk parkir di bawah gedung Pasar Atas Bukittinggi yang biasanya menggunakan kartu.
Usut punya usut, dari keterangan petugas, disebutkan bahwa hal ini karena kontrak dengan Brizzi telah habis masanya dan tengah dikaji ulang untuk selanjutnya. Selain itu, untuk tiket masuk parkir, dikenakan biaya Rp5.000 per dua jam bagi roda empat, hal ini adalah pada kawasan parkir bersama di gedung parkir.
Disebutkan juga, akan ada rencana untuk kerjasama dengan bank daerah di Sumatera Barat yakni Bank Nagari yang akan berubah menjadi bank syariah di Sumatera Barat.
Pemerintah Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, memastikan untuk saat ini harga tiket masuk ke seluruh objek wisata berbayar di daerah setempat masih menggunakan tarif lama dan tidak ada kenaikan.
“Kami pastikan harga tiket masuk ke objek pariwisata di Bukittinggi masih dengan tarif yang lama, kajian terakhir kenaikannya masih pada 2019 lalu. Harga ini belum ada dikaji untuk kenaikan pada tahun 2022 ini,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Pemuda dan Olahraga (Kadisparpora) Bukittinggi, Hendry, dalam keterangannya beberapa hari lalu.
Untuk akses masuk TMSBK dan Benteng Fort de Kock dikenakan dengan harga yang sama seperti sebelumnya, yakni untuk anak-anak Rp20.000, Dewasa Rp25.000 dan Turis Mancanegara Rp40.000. Sementara untuk Objek Wisata Panorama Lobang Jepang masih dengan tarif untuk Anak Rp10.000, Dewasa Rp15.000 dan Turis Mancanegara Rp20.000,
Hendry mengatakan, kebijakan untuk menaikkan tarif retribusi harus membutuhkan kajian yang lama dan panjang dan tidak bisa dilakukan tanpa pertimbangan secara menyeluruh.
“Belum ada kajian untuk dinaikkan tahun ini. Itu tidak bisa dilakukan saat ini mengingat TMSBK selain sebagai sumber pendapatan daerah juga kami wajib menjaga konservasi flora dan fauna sekaligus edukasi sejarah,” kata Hendry.
“Tidak ada rencana untuk mengkajinya saat ini meskipun sama kita dengar ada beberapa destinasi wisata di berbagai daerah, termasuk saat liburan panjang sekolah pada Juni dan Juli ini, bukan berarti bisa dinaikkan begitu saja,” katanya.
Lebih lanjut, Hendry mengatakan akan ada rencana penambahan kualitas pada objek wisata di TMSBK dan Benteng Fort de Kock pada tahun ini.
Akan tetapi, pada pekan kemarin, satwa yang diminati pengunjung untuk dilihat, yakni Harimau Sumatera, hanya terlihat seekor saja. Begitu juga pada beberapa kandang satwa lainnya.
“Penambahan satwa tengah diupayakan seperti unggas dan reptil. Saat ini kami perlu harga pembanding dari pihak ketiga, revitalisasi akan dibuat Benteng Menyala hingga malam bisa dikunjungi, langkahnya dengan membenahi lampu penerangan, pemaksimalan teater yang sudah dibangun dan rencananya tahun ini selesai,” ungkapnya.
Ia menambahkan, pengembangan objek wisata nantinya akan ditingkatkan dengan melibatkan masyarakat dalam rangka pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Salah satunya adalah lahan milik masyarakat.
“Kita harapkan, untuk pengembangan objek yang lahannya merupakan milik masyarakat, dengan harapan masyarakat sebagai pelaku mempunyai peran penting dalam kepariwisataan di kota Bukittinggi,” kata Hendry mengakhiri. []