
ARASYNEWS.COM – Kelahiran Muhammad adalah pada Senin, 12 Rabiul Awal, 570 M. Dan pada tanggal ini diperingati setiap tahunnya sebagai Maulid Nabi Muhammad SAW.
Muhammad lahir dari pasangan Aminah dan Abdullah yang tinggal di sebuah rumah kecil di Mekkah. Aminah sangat menanti-nantikan lahirnya Muhammad.
“Lahirnya bayi ini membuat seluruh dunia seolah bagaikan lautan cahaya dan aku sedang berenang di dalamnya!,” kata Aminah.
Bayi itu, Muhammad namanya, tertidur dalam selimut putih dengan wajah yang tenang. Wajahnya memancarkan cahaya.
Tidak ada yang mengetahui bahwa kelak dirinya akan menjadi seorang Nabi Agung.
Semua orang di ruangan itu berkumpul mengelilinginya. Mereka semua merasakan kebahagiaan di hati masing-masing. Entah apa yang membuat mereka sangat berbahagia atas kelahiran bayi ini.
“Ia bayi yang tampan!,” kata seseorang di antara mereka. Suaranya bergetar. Ada tangis haru yang tertahan.
Dalam sejarahnya, Abdullah merupakan lelaki yang sangat baik dan santun serta tampan. Cahaya yang mengikuti Abdullah membuat semua perempuan di jazirah mengincarnya, ingin menjadi istrinya, tetapi Abdullah hanya untuk Aminah. Dari keduanya lahir seorang anak laki-laki yang membawa cahaya dunia.
Sayangnya, Abdullah tak bisa turut merasakan kebahagiaan di malam itu, saat bayi Muhammad lahir ke dunia. Abdullah meninggal sebelum menyaksikan kelahiran putranya.
Namun, kakek bayi itu masih hidup, bernama Abdul Muthalib. Ia sangat disegani, kuat, baik, dan murah hati. Ia seorang pemimpin tertinggi di kalangan kaum Quraisy, suku asal bayi itu.
Mendapati kabar kelahiran cucunya, Abdul Muthalib sangat berbahagia. Saat seseorang menemuinya dan memberi kabar bahwa cucunya telah lahir.
“Berita bahagia, wahai Abdul Muthalib! Engkau mempunyai seorang cucu laki-laki yang rupawan! Belum pernah ada bayi seperti dirinya di muka bumi ini,” kata Si Pemberi Kabar.
Mendengar kabar bahagia itu, Abdul Muthalib bergegas pulang. Setibanya di rumah, dipeluknya bayi itu. Tangannya gemetar, matanya berbinar, air mata mengambang di pelupuknya. Ia tak bisa menyembunyikan kebahagiaan di wajahnya.
“Mari kita beri nama dia Muhammad,” kata Abdul Muthalib, “Semoga cucuku ini disukai di manapun dan dipuji di manapun! Inilah sebabnya aku menamainya Muhammad. Rawatlah dia dengan baik, seluruh dunia akan mengenalnya!”
Kelahiran Muhammad membawa kebahagiaan tersendiri di kalangan keluarganya.
Dan dalam beberapa versi cerita, konon, di malam saat Muhammad lahir, ada cahaya yang bersinar di langit kota Mekkah. Menerobos segala kegelapan malam. Cahaya adalah amsal bagi sebuah harapan. Ya, kelahiran Muhammad adalah kelahiran sebuah harapan, tentang hidup yang ditegakkan dengan cinta dan kasih sayang.
Muhammad itu putera Abdullah dan Abdullah lahir dari Abdul Muthalib. Konon, untuk melahirkan sifat-sifat Muhammad dari dalam diri kita, pertama-tama kita harus menjadi hamba yang mencari kebenaran (Abdul Muthalib), jika kita terus mencari Allah, akan lahir Abdullah dari diri kita, saat kita tunduk pasrah hanya menjadi hamba Allah (Abdullah). Dari Abdullah itulah akan terpancar dan terlahir cahaya Muhammad, sifat-sifat yang terpuji dan mulia.

Mengenal Sejarah Maulid Nabi
Perayaan Maulid Nabi sudah dilakukan oleh masyarakat Muslim sejak tahun kedua hijriah.
Dalam catatan Nuruddin Ali di dalam kitabnya Wafa’ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa dijelaskan seorang bernama Khaizuran (170 H/786 M), yang merupakan ibu dari Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan al-Rasyid datang ke Madinah.
Mereka memerintahkan penduduk mengadakan perayaan kelahiran Nabi Muhammad di Masjid Nabawi.
Dari Madinah, Khaizuran juga menyambangi Makkah dan melakukan perintah yang sama kepada penduduk Makkah untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad.
Jika di Madinah bertempat di masjid, Khaizuran memerintahkan kepada penduduk Makkah untuk merayakan Maulid di rumah-rumah mereka.
Khaizuran merupakan sosok berpengaruh selama masa pemerintahan tiga khalifah Dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa Khalifah al-Mahdi bin Mansur al-Abbas (suami), Khalifah al-Hadi dan Khalifah al-Rasyid (putra).
Karena pengaruh besarnya tersebut, Khaizuran mampu menggerakkan masyarakat Muslim di Arab.
Hal ini dilakukan agar teladan, ajaran, dan kepemimpinan mulia Nabi Muhammad bisa terus menginspirasi warga Arab dan umat Islam pada umumnya.
Pada masa Dinasti Abbasiyah, pembaruan pemikiran memang banyak terjadi di semua sektor kehidupan, dari perkembangan ilmu-ilmu umum, arsitektur, hingga situs-situs sejarah.
Muhammad diyakini lahir pada 12 Rabiul Awwal Tahun Gajah (570 Masehi).
Namun dalam catatan Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad (2006) ada juga pendapat-pendapat lain yang menyatakan bahwa Nabi lahir lima belas tahun sebelum peristiwa gajah.
Ada juga yang mengatakan ia dilahirkan beberapa hari atau beberapa bulan atau juga beberapa tahun sesudah Tahun Gajah.
Ada yang menaksir tiga puluh tahun, dan ada juga yang menaksir sampai tujuhpuluh tahun.
Di Jazirah Arab, masa sebelum Islam didakwahkan Nabi Muhammad sering disebut sebagai zaman Jahiliyah atau masa ketidaktahuan, sesat, atau bodoh.

Kini, momen kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awwal diperingati oleh Muslim di seluruh dunia dengan perayaan Maulid.
Peringatan Maulid Nabi SAW dilakukan dengan berbagai ekspresi, tak terkecuali di Indonesia.
Masyarakat Jawa, misalnya, merayakan Maulid dengan membaca Manakib Nabi Muhammad dalam Kitab Maulid Barzanji, Maulid Simtud Dhurar, Diba’, Saroful Anam, Burdah, dan lain-lain.
Selesai membaca Manakib Nabi Muhammad, biasanya masyarakat menyantap makanan bersama-sama yang disediakan secara gotong royong oleh warga.
Masyarakat Muslim tidak hanya bergembira merayakan kelahiran Nabi, tetapi juga bersyukur atas teladan, jalan hidup, dan tuntunan yang dibawa oleh Nabi.
Selamat memperingati Maulid Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. []