Merasa Paling Benar, Tinggi dan Hebat Hingga Merendahkan Orang Lain, Ini Pesan Allah Dalam Al-Qur’an

ARASYNEWS.COM – Tanpa disadari, kita mempelajari banyak hal dan menguasai segala sesuatu. Dan terkadang kita merasa paling pintar. Disisi lain, terkadang tanpa disadari kita juga terkadang paling benar dan paling hebat. Bahkan ada juga dengan kedudukan, pangkat, jabatan juga membuat orang lain merasa hina. Dan lebih parahnya lagi memandang orang lain tidak atau kurang beriman.

Merasa diri paling pintar, paling benar, paling tinggi, atau bahkan paling suci, paling aman dari dosa, paling beriman, sebenarnya merupakan tipu daya nafsu dan setan. Sehingga merendahkan orang lain.

Dalam Al-Qur’an surat An Najm ayat 32. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman

ٱلَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَٰٓئِرَ ٱلْإِثْمِ وَٱلْفَوَٰحِشَ إِلَّا ٱللَّمَمَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ وَٰسِعُ ٱلْمَغْفِرَةِ ۚ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ وَإِذْ أَنتُمْ أَجِنَّةٌ فِى بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ ۖ فَلَا تُزَكُّوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ

“Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An Najm : 32).

Bahkan untuk orang-orang yang seperti ini, Rasulullah ﷺ bersabda,
“Janganlah menyatakan diri kalian suci. Sesungguhnya Allah yang lebih tahu manakah yang baik di antara kalian.” (HR. Muslim).

Merasa seperti itu merupakan sifat sombong dan masuk dalam salah satu yang dicela oleh Allah. Karena itu, umat muslim sangat dianjurkan untuk lebih mengenal dirinya sendiri karena mengenal diri sendiri dalam Islam dapat menghindarkan kita dari berbagai penyakit hati menurut Islam seperti bersifat sombong, riya, ujub, takabur, dan lain sebagainya.

Dalam Al-Qur’an surat. An Nisa’ ayat 49 Allah berfirman

أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ يُزَكُّونَ أَنفُسَهُم ۚ بَلِ ٱللَّهُ يُزَكِّى مَن يَشَآءُ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا

“Apakah kami tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih. Sebenarnya Allah mensucikan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.” (QS. An Nisa : 49).

Sikap dan sifat Rasulullah sudah seharusnya menjadi contoh bagi kita semua. Bahkan dalam berucap dan saat bersama saudara muslim lainnya. Bahkan beliau tidak pernah berhenti untuk beribadah kepada Allah.

Sebagai manusia yang memiliki banyak kekurangan, ada baiknya umat muslim lebih dapat mengenal diri sendiri atau introspeksi diri. Kita seharusnya menyadari kekurangan yang kita miliki. Bukannya sibuk merendahkan orang lain. Bisa saja orang yang direndahkan itu lebih baik.

Dikutip dari tausyiah Jum’at, Al-’Allamah Ibnu Qayyim Al-Jauziyah Rahimahullah berkata, “Jika Allah Ta’ala membukakan untukmu pintu (memudahkan) shalat malam, jangan memandang rendah orang yang tertidur. Jika Allah membukakan untukmu pintu puasa (sunnah), janganlah memandang rendah orang yang tidak berpuasa. Dan jika Allah membukakan untukmu pintu jihad, maka jangan memandang rendah orang lain yang tidak berjihad. Sebab, bisa saja orang yang tertidur, orang yang tidak berupasa (sunnah), dan orang yang tidak berjihad itu lebih dekat kepada Allah ketimbang dirimu.”
Beliau juga berkata, “Sungguh, engkau ketiduran sepanajang malam lalu menyesal di waktu pagi, lebih baik daripada melewati malam dengan ibadah tapi merasa bangga di pagi hari. Itu karena orang yang sombong, amalannya tidak akan naik ke sisi Allah.” (Madarij As-Salikin : 1/177).

Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 592, shahih secara mauquf).

Di zaman sekarang ini, ada banyak contoh seperti ini. Merasa paling lebih dari pada orang lain dan merendahkan orang lain hingga mengarah pada kesombongan yang merupakan penyakit hati. Perbuatan ini sangat dicela Allah. []

You May Also Like