وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا
Artinya: “Jika kalian diberi salam dalam bentuk apa pun maka balaslah dengan salam yang lebih baik atau jawablah dengan yang semisal”. (QS an Nisa: 86).
ARASYNEWS.COM – Dipenghujung bulan Ramadhan dan memasuki kemenangan di hari raya lebaran Idul Fitri, berbagai ucapan selamat beredar di jejaring media. Umat muslim saling bertukar salam dan ucapan selamat hari raya kepada keluarga, kerabat, maupun teman.
Beberapa diantaranya adalah Minal Aidin wal Faizin, Taqabbalallahu Minna wa Minkum. Lantas, apa arti dan maksud sebenarnya dari ucapan-ucapan yang disampaikan tersebut.
Dikutip dari tausiyah Ustadz Firanda Andirja, menerangkan beberapa makna dan arti yang dilafazkan dalam perayaan hari raya Idul Fitri.
Makna Idul Fitri
Idul Fitri memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban berpuasa itu sendiri yaitu manusia yang bertaqwa. Kata Id berdasar dari akar kata aada – yauudu yang artinya kembali sedangkan fitri bisa berarti buka puasa untuk makan dan bisa berarti suci.
Fitri yang berarti buka puasa berdasarkan akar kata ifthar (sighat mashdar dari aftharo – yufthiru) dan berdasar hadis Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya:
”Dari Anas bin Malik: Tak sekali pun Rasulullah. Pergi (untuk salat) pada hari raya Idul Fitri tanpa makan beberapa kurma sebelumnya.” Dalam Riwayat lain: “Nabi SAW. Makan kurma dalam jumlah ganjil.” (HR Bukhari).
Dengan demikian, makna Idul Fitri adalah hari raya saat umat Islam kembali berbuka atau makan. Sebab itu salah satu sunnah sebelum melaksanakan salat Idul Fitri adalah makan atau minum walaupun sedikit. Ini menunjukkan bahwa hari raya Idul Fitri 1 Syawal adalah waktunya berbuka dan haram untuk berpuasa.
Sedangkan kata Fitri yang berarti suci, bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, keburukan berdasarkan dari akar kata fathoro-yafthiru dan hadis Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam yang artinya “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq ‘alayh). Barangsiapa yang salat malam di bulan Ramadan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq ‘alayh).
Kesimpulannya, Idul Fitri bisa berarti kembalinya kita kepada keadaan suci, atau keterbebasan dari segala dosa dan noda sehingga berada dalam kesucian.
Arti Minal Aidin Wal Faizin
Sebagian orang masih beranggapan bahwa arti minal aidin wal faizin adalah “mohon maaf lahir dan batin”. Arti minal aidin wal faizin ini jelas menjadi salah kaprah jika diucapkan untuk orang lain. Perlu untuk Anda mengetahui arti dari ucapan tersebut, agar tidak salah berucap.
Kalimat Minal Aidin Wal Faizin terdiri dari beberapa penggalan kata. Kata Min artinya “termasuk”, Al-aidin berarti “orang-orang yang kembali”, Wal berarti “dan”, serta Al-Faizin artinya “menang”.
Jika kita coba artikan secara harafiah, maka kalimat Minal Aidin Wal Faizin artinya adalah “termasuk dari orang-orang yang kembali sebagai orang-orang yang menang.”
Ucapan minal ‘aidin wal-faizin ini menurut seorang ulama tidaklah berdasarkan dari generasi para sahabat ataupun para ulama setelahnya (Salafus Salih).
Kalimat minal aidin wal faidzin ini mulanya berasal dari seorang penyair pada masa Al-Andalus dan sering diucapkan pada generasi sahabat atau ulama setelah Salafus Salih. Penyair tersebut bernama Shafiyuddin Al-Huli. Ketika dia membawakan syair yang konteksnya mengisahkan dendang wanita di hari raya.
Jadi arti minal aidin wal faidzin yang diucapkan saat Idulfitri adalah doa dan harapan agar kita semua menjadi golongan orang yang kembali ke fitrah atau suci. Fitrah yang sejati itu mengandung kebaikan, kemuliaan, kejujuran, dan persaudaraan. Bererhasil memiliki makna dalam berpuasa kita berhasil atau mampu menahan hawa nafsu.
“Minal Aidin wal Faizin” lebih menyimpan arti pencapaian seorang mukmin setelah berpuasa penuh dan melawan hawa nafsunya dengan beribadah kepada Tuhannya di bulan Ramadan.
Terlebih lagi mengenai ucapan Minal Aidin Wal Faizin, tidak dijelaskan secara spesifik dalam hadis. Orang Arab juga tidak akan mengerti ucapan ini. Kalimat ini tidak ada dalam kamus bahasa Arab.
Arti Taqabalallahu Minna Wa Minkum
Banyak salah paham soal arti kalimat Taqabbalallahu Minna Wa Minkum yang sering diucapkan di momen Hari Raya Idul Fitri. Juga dalam menjawabnya dengan ucapan Minna Wa Minkum Taqabbal Ya Karim.
Taqabbalallahu Minna Wa Minkum Taqabbal Ya Karim berarti semoga Allah menerima (puasa dan amal) dari kami dan (puasa dan amal) dari kalian.”
“Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila bertemu di hari raya, mereka mengucapkan kepada sebagian lainnya: taqabbalallahu minna wa minka,” tulis Ibnu Hajar Al Asqalani dalam kitab Fathul Baari.
Para sahabat juga menambahkan kata-kata Shiyamana wa Shiyamakum di kalimat tersebut. Jika kedua kata tersebut digabungkan, maka maknanya adalah “Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala menerima amalan puasa saya dan kamu.”
Para sahabat Nabi mencontohkan untuk mengucapkan selamat hari raya dengan Doa sekaligus yaitu ‘Taqabballahu Minna Wa Minkum’ ketika seorang Muslim bertemu dengan sesama Muslim di momen Idul Fitri.
Ibnu Hajar Al-Aswalani di dalam kitab yang bernama Fathul Baari berpendapat bahwa “Para sahabat Rasullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila bertemu di hari raya, mereka mengucapkan kepada sebagian lainnya: taqabbalallahu minna wa minka,”
Berdasarkan riwayat sahabat dan salafush shalih yang sampai kepada kita, jawaban Taqabbalallahu Minna Wa Minkum adalah doa yang sama, yaitu Taqabbalallahu Minna Wa Minkum.
Bahkan HR Ad-Daruquthni dalam Mu’jam Al Kabir menceritakan dari Habib bin Umar Al Anshari, ayahnya bercerita kepadanya bahwa beliau bertemu dengan Watsilah Radhiallahu ‘anhu ketika hari raya, maka ketika ia mengucapkan kepada Watsilah, “Taqabbalallahu Minna Wa Minkum,” Watsilah menjawab, “Taqabbalallahu Minna Wa Minkum.”
HR Ad-Daruquthni dalam Ad Du’a menceritakan dari Syu’bah bin Al-Hajjaj, ia berkata, “Saya bertemu dengan Yunus bin Ubaid, dan saya sampaikan, ‘Taqabbalallahu minna wa minka.’ Kemudian ia menjawab dengan ucapan yang sama.”
Apakah ada lafal khusus untuk mengucapkan selamat lebaran? Maka Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata mengucapkan selamat lebaran itu boleh dan tidak ada lafal khusus.
Beliau mengatakan apa yang dilakukan atau tradisi masyarakat maka itu hukumnya boleh selama bukan dosa.
“Jadi hukum asalnya boleh orang mengucapkan selamat ini, selamat anu selama tidak dosa,” terang Ustadz Firanda Andirja.
“Karena itu jika ada orang mengucapkan selamat lebaran dengan ungkapan-ungkapan mereka sendiri, selama tidak ada dosa dalam ungkapan tersebut maka itu tidak jadi masalah,” jelasnya.
“Tapi yang terbaik kita mengatakan Taqobbalallahu minna wa minkum artinya semoga diterima amal ibadah kita atau minal aidin walfaidzin semoga termasuk orang yang melakukan hari raya dan menang pada hari lebaran ini juga di antara bentuk doa,” terang Ustadz Firanda Andirja.
“Dan sebagian orang-orang Indonesia menambah dengan mohon maaf lahir dan batin, sesungguhnya kalau kita punya salah sama orang, kita harus segera minta maaf, jangan tunggu hari lebaran baru minta maf, karena namanya dendam atau dosa, bisa jadi kita meninggal terlebih dahulu dari orang yang kita dzolimi atau bisa jadi sebaliknya,” tambahnya.
Dalam hal ini, Ustadz Firanda Andirja juga menjelaskan jika ungkapan mohon maaf lahir dan batin ini sudah menjadi suatu ungkapan orang Indonesia. Bahkan diucapkan kepada orang yang dia tidak salah kepadanya. Dan ini seakan menjadi sesuatu yang merupakan pelengkap dari perayaan hari raya besar umat Muslim di Indonesia dan dunia. []