ARASYNEWS.COM, TANAH DATAR – Tidak jauh dari pusat kota Batusangkar kabupaten Tanah Datar, yakni di Pariangan memiliki berbagai situs Cagar Budaya yang masih terawat sampai sekarang ini. Cagar budaya yang masih terawat dengan baik sampai sekarang diantaranya adalah Kuburan Panjang.
Kuburan Panjang (makam) ini memiliki nilai sejarah yang tinggi dan sangat diingat dalam sepanjang sejarah Minangkabau, karena beliau adalah arsitek Rumah Gadang pertama di Minangkabau.
Kuburan Panjang ini adalah makam tunggal Datuk Tantejo Garhano, yang diyakini sebagai tokoh yang menjadi tokoh arsitektur bangunan Balai Adat Balairung Sari Tabek dan rumah gadang.
Makam Tantejo Gurhano dalam cagar situs budaya disebutkan merupakan utusan Raja Sulthan Iskandar Zulkarnain yang ditugaskan untuk mencari anaknya yang bernama Sulthan Suri Maharajo Dirajo.
Pencarian Tantejo Gurhano berbuah hasil setelah melakukan perjalanan yang panjang, dia bertemu dengan Sulthan Suri Maharajo Dirajo di suatu tempat yang bernama Pariangan.
Keindahan Pariangan membuat Tantejo Gurhano tidak kembali lagi ke negri asalnya yaitu Banuruhun, akan tetapi dia diberi tugas oleh Sulthan Suri Maharajo Dirajo untuk membuat tempat tinggal (rumah). Rumah yang menyerupai Perahu yang dia bawa untuk berlayar dan disempurnakan dengan gonjoang.
Kepintarannya dalam membuat rumah tersebut membuatnya dinobatkan sebagai arsitek Rumah Gadang pertama di Minangkabau.
Kuburan Panjang Tantejo Gurhano marupokan sabuah makam tua yang panjangnya 25 x 1,2 meter persegi. Namun, ukuran dapat berbeda-beda apabila diukur berulangkali, sehingga tidak sama panjangnya. Dan itulah yang menjadi keunikan Kuburan Panjang ini. Jirat makam terbuat dari susunan batu sungai. Nisannya hanya berupa batu kali tanpa pengerjaan. Dalam jirat yang panjang tersebut ditumbuhi pohon-pohon besar.
Makam Tantejo Gurhano terletak di tapi jalan utama Pariangan, sehingga sangat mudah untuk mencari dan mencapai lokasi makam ini.
Terdapat enam pohon Kamboja di atas makam, sehingga membuat tanah di atas makam menjadi teduh.
Sebelah timur bagian kawasan makam ini juga terdapat kursi yang terbuat dari batu seperti sandaran yang disusun delapan buah. Dan ini menandakan bahwa tempat ini pernah berfungsi sebagai tempat bermusyawarah yang dikenal dengan medan nan bapaneh. Jumlahnya sebanyak delapan inilah yang disebut niniak mamak nan salapan (ninik mamak yang delapan) yakni tempat yang disebut dengan balai panjang.
Di lokasi ini juga terdapat gundukan tanah yang tingginya lebih kurang 2,1 meter dengan diameter 10 meter, gundukan ini dipercaya sebagai galian dari makam tersebut yang akhirnya dipergunakan sebagai tempat pemujaan.
Dipuncak gundukan tanah terdapat sebuah batu yang disebutkan sebagai candi yang paling tua yang terdapat di Pariangan, kabupaten Tanah Datar.
Area Kuburan Panjang ini juga bersih dan asri karena ditumbuhi oleh padang ilalang sehingga terlihat ke-eksotisan kuburan tersebut. Dan juga di kuburan tersebut ditumbuhi juga dengan pohon-pohon yang rindang. Lokasi ini ramai dikujunjungi oleh wisatawan meskipun hanya dengan mengabadikan gambar atau selfie. Jadi, yang ingin berkunjung ke desa budaya ini jangan lupa mampir di Kuburan Panjang ini.
Dan masih di kawasan Pariangan, selain kuburan panjang, juga terdapat batu prasasti, tempat pemandian air panas, dan masjid Ishlah Pariangan yang telah berusia ratusan tahun. []
Source. Cagar budaya Kemdikbud