ARASYNEWS.COM, KAMPAR – Video yang viral perlihatkan tiga pelajar yang berseragam sekolah bergelantungan menyeberangi sungai. Tas bawaan mereka letakkan dalam keranjang, dan mereka bergelantungan pada keranjang tersebut.
Visual tiga bocah berseragam Sekolah Dasar (SD), dua perempuan dan seorang laki-laki ini bikin warganet tercengang. Mereka bertiga menyeberangi sungai dengan cara yang tak biasa, yaitu bergelantungan di sisi keranjang rotan yang diikat sedemikian rupa di tali seling yang melintasi sungai.
Sepertinya hal tersebut sudah biasa mereka lakukan, karena tidak ada keraguan mereka menyeberangi sungai dengan cara tersebut.
Lokasi ini terjadi di Riau, dan sungai yang mereka seberangi adalah Sungai Siantan, Kuntu, di Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Alat sederhana itu menghubungkan Desa Kuntu dan Kuntu Darussalam yang terpisah Sungai Siantan.
Miris dengan kondisi seperti ini masih terjadi di Riau yang dibilang kaya. Sementara anak-anak harus menantang maut untuk pergi ke sekolah.
Namun Kepala Desa Kuntu Turoba, Kecamatan Kampar Kiri, Kampar, Asril Bakar membantah kalau keranjang di atas sungai yang digunakan ketiga pelajar berseragam sekolah bergelantungan sebagai alat penyeberangan manusia.
“Itu keranjang pengangkut buah sawit dari kebun ke truk saat panen. Digunakan anak-anak main-main, yang kebetukan mereka pakai seragam sekolah,” ungkap kepala desa dalam keterangannya, Jum’at (11/6)
Asril menjelaskan, bahwa Sungai Geringging yang dilintasi keranjang pengangkut sawit itu bukan sungai besar. Airnya tak dalam dan juga tidak deras. Dan dapat diseberangi dengan berjalan kaki ataupun sepeda motor jika kondisi normal.
Ia menyangkal bahwa anak-anak bukan karena keadaan terpaksa membahayakan diri untuk menyeberangi sungai demi berangkat sekolah, tapi itu sedang bermain.
“Sekarang banyak warga yang sengaja datang ke sana, termasuk ibu-ibu bermain. Ikut bergelantungan untuk selfi-selfi,” ungkapnya.
Asril justru menyayangkan pihak yang menyebarkan video itu, karena terbukti menimbulkan kesalahpahaman yang besar.
Ia berharap dengan penjelasan ini, tidak ada lagi pihak yang menganggap video itu gambaran terisolirnya Desa Kuntu dan sulitnya akses pendidikan anak-anak. []