
ARASYNEWS.COM – Banyak bangunan-bangunan tua yang masih berdiri kokoh hingga saat ini di Indonesia. Dan beberapa diantaranya adalah peninggalan masa kerajaan dan masa penjajahan dahulu kala.
Beberapa diantaranya masih dipergunakan sebagai tempat tinggal, dan ada juga yang dipergunakan sebagai tempat objek wisata yang terbuka untuk umum.
Diantaranya adalah bangunan rumah, istana, dan bahkan tempat ibadah seperti masjid.
Terkadang saat kita memasuki bangunan-bangunan tua ini kita merasakan hal yang berbeda. Terkadang kembali ke masa dahulu dan bahkan terkesan mistis terutama pada malam hari.
Untuk kali ini, yang diceritakan adalah tentang bangunan tua yang masih dipergunakan sebagai tempat menginap atau hotel. Bangunan ini dibangun dan merupakan peninggalan masa penjajahan.
Bangunan ini tampil berbeda dengan hotel-hotel masa kini. Hotel bekas peninggalan penjajahan masih terlihat seperti bangunan lama yang masih berdiri kokoh dan terjaga, meski mendapat renovasi sedikit untuk pembaharuan dan dibangun dengan arsitektur Eropa klasik.
Bagi tamu-tamu yang menginap ditempat-tempat ini tentu akan merasa hal yang berbeda pada malam harinya.
Berikut ini dikutip dari berbagai sumber, adalah beberapa hotel tua di Indonesia bekas peninggalan masa penjajahan yang masih beroperasi hingga saat ini.
- Hotel Salak, Bogor (1856)
Hotel Salak yang terletak di Bogor ternyata sudah berdiri sejak tahun 1856 pada masa penjajahan Belanda. Dulunya, hotel tersebut bernama Bellevue Dibbets Hotel yang dimiliki oleh Gubernur Hindia Belanda pada masa itu.
Tak sekadar tempat penginapan, dulu hotel tersebut juga menjadi tempat pertemuan penting antar negara. Kemudian pada sekitar tahun 1942-1945, hotel itu dijadikan sebagai markas tentara Jepang. Baru pada tahun 1948, kepemilikannya diserahkan kepada pemerintah Indonesia dan diberi nama Hotel Salak.
- Hotel Sriwijaya, Jakarta (1863)
Terletak di ujung Jalan Veteran, Gambir, Jakarta Pusat, Hotel Sriwijaya ternyata sudah berdiri sejak tahun 1863. Dulunya, bangunan tersebut merupakan sebuah restoran milik Conrad Alexander Willem Cavadino.
Usaha restorannya terus berkembang, hingga bangunan utamanya dikembangkan menjadi penginapan bernama Hotel Cavadino pada tahun 1872.
- Hotel Savoy Homann, Bandung (1871)
Hotel Savoy Homann sudah berdiri sejak tahun 1971 dan pernah mengalami renovasi besar-besaran pada 1939 dengan menggaet arsitek bernama A.F. Aalbers. Lalu pada tahun 1955 saat Bandung menjadi tuan rumah Konferensi Asia-Afrika, para delegasi menginap di hotel tersebut.
- Hotel Inna Garuda, Yogyakarta (1908)
Hingga saat ini di ujung Jalan Malioboro, Yogyakarta, masih berdiri Hotel Inna Garuda yang dibangun pada tahun 1908 dengan nama Grand Hotel De Djokdja. Berusia lebih dari satu abad, hotel tersebut diketahui sudah pernah ganti nama sebanyak enam kali.
- Hotel Majapahit, Surabaya (1910)
Berbicara soal hotel tua, tentu tak lengkap jika tidak membahas Hotel Majapahit yang menjadi saksi bisu pertempuran melawan penjajah.
Hotel ini juga sempat ganti nama beberapa kali dan menjadi saksi Pertempuran Surabaya saat namanya masih Hotel Yamato. Dan pada 19 September 1945, para pejuang merobek bendera Belanda yang masih berkibar di hotel tersebut. []