Firman Allah Terhadap Para Pemimpin yang Ingkar

ARASYNEWS.COM – Pemimpin dalam Islam berarti umara yang sering disebut juga dengan Ulil Amri, umara atau penguasa adalah orang yang mendapatkan amanah untuk mengurus urusan orang lain, urusan bersama, dan mengurus rakyat menuju jalan kebaikan.

Pemimpin adalah cerminan dari masyarakat, mendapat amanah dari rakyat dan sekaligus harus berusaha mewujudkan kehendak masyarakat.

Itu sebabnya pemimpin suatu masyarakat atau pemimpin suatu negara itu dinamai Ulil Amir. Amir dalam bahasa Arab artinya yang memerintah dan diperintah.

Pemimpin itu diperintah oleh masyarakat. Dia menampung apa yang dikehendaki masyarakat, aspirasi masyarakatnya, lalu dia membimbing dan memerintah masyarakatnya untuk mengikuti langkah-langkahnya, itu merupakan pemimpin yang baik.

Dan jikalau memilih pemimpin yang baik maka akan lahir pula pemimpin yang baik.

Disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifatu fi al-ardh dengan tujuan untuk mengatur, mengelola, dan memimpin sesamanya maupun makhluk lainnya.

Islam berpandangan bahwa seorang pemimpin yaitu seorang yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai ajaran islam dalam memimpin lembaga atau institusi, sekelompok orang atau kaum, bangsa, maupun negara.

Adapun kepemimpinan merupakan sebuah amanah, bukan sesuatu yang dimintai apalagi dikejar dan diperebutkan juga merupakan titipan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, di mana suatu saat akan dimintai pertanggung jawabannya. Karenanya suatu kepemimpinan melahirkan kekuasaan dan wewenang yang digunakan semata-mata untuk memudahkan dalam menjalankan tanggung jawab melayani apa yang dipimpinnya.

Semestinya semakin tinggi kekuasaan seseorang, hendaknya semakin meningkat pelayanan kepada masyarakat.

Kepemimpinan politik di Indonesia diwarnai oleh ketidak-mantapan personal atau split personality yang ditunjukkan oleh para pemimpin politik.

Kasus tidak setianya pemimpin atas janji-janji yang mereka ucapkan baik ketika kampanye, berjanji dan saat sumpah jabatan. Perilaku pemimpin yang menunjukkan ketidak konsistenan antara ucapan dan tindakan memicu tuduhan bebuat kebohongan oleh sebagian pihak seperti para tokoh terhadap Presiden.

Cacian terhadap perilaku legislative dan politikus lebih mengarah kepada perilaku yang jauh dari moralitas seperti korupsi, suap, lebih mementingka diri sendiri dari pada kepentingan rakyat, melalaikan kewajiban, lemah dalam memela hak-hak publik membolos, tidur saat sidang, pornografi, dan sex abuse.

Disisi lain, masyarakat senantiasa berharap akan adanya Kepemimpinan Moralitas terkait dengan moralitas kepemimpinan yang tidak bersifat instan, karena merupakan hasil jangka panjang dari proses pembelajaran sejak kecil yang ditanamkan oleh lingkungan.

Salah satu wahana belajar kepemimpinan yang strategis adalah organisasi kesiswaan dan organisasi intra kampus. Ketika sistem Pendidikan Politik tidak memadai secara moralitas untuk menjadi wahana belajar maka sulit melahirkan pemimpin bermoral

Dalam Al Qur’an, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab: 21)

Selain itu, Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman tentang janji-Nya terhadap pemimpin yang ingkar janji.

يَٰدَاوُۥدُ إِنَّا جَعَلْنَٰكَ خَلِيفَةً فِى ٱلْأَرْضِ فَٱحْكُم بَيْنَ ٱلنَّاسِ بِٱلْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ ٱلْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌۢ بِمَا نَسُوا۟ يَوْمَ ٱلْحِسَابِ

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS. Ahad: 26)

[]

You May Also Like