ARASYNEWS.COM – Air terjun Sarasah Barasok berada di dalam hutan dan tidak jauh dari desa Banja Loweh di Kabupaten Limapuluh Kota Sumatera Barat. Banyak cerita turun temurun dari masyarakat tentang air terjun ini.
Lokasinya juga bersebelahan dengan Nagari Maek, yakni salah satu nagari (desa) yang banyak ditemukan banyak batu-batuan menhir peninggalan sejarah. Dan di sekitar lokasi air terjun juga banyak ditemukan batu-batu berukuran besar.
Dalam cerita masyarakat setempat, konon aliran air dari air terjun Sarasah Barasok ini tembus melewati bawah bukit tempat jatuhnya hingga ke desa Banja Loweh. Dan dikabarkan juga, di bawah aliran air terjun terdapat sebuah candi peninggalan nenek moyang terdahulu.
Dikatakan masyarakat dari cerita turun temurun, peninggalan candi itu diperkirakan berumur ribuan tahun, yang terkubur bersama dengan aliran air, pasir, dan bebatuan yang dibawa oleh derasnya aliran air.
Hal itu bisa saja dibenarkan, karena lokasi ini tidak jauh dari kenagarian Maek, tempat banyak ditemukan batu menhir peninggalan sejarah.
Di Nagari Maek, masih banyak menyimpan kebudayaan dan sejarah para nenek moyang terdahulu yang masih terkubur dan hingga sekarang telah menjadi objek wisata alam yang indah.
Hanya saja, tentang keberadaan candi yang terkubur di bawah aliran air terjun Sarasah Barasok ini, belum terdengar ada kisah cerita yang aneh-aneh di dekat air terjun. Akan tetapi para travelers yang akan menuju lokasi ini, disarankan masyarakat setempat agar tetap waspada dan tidak berbuat hal-hal yang melanggar.
Akses jalan menuju lokasi air terjun ini memang cukup sulit, karena berada di dalam hutan. Mencapainya membutuhkan waktu dua jam dengan berjalan kaki dari titik awal tidak jauh dari desa Banja Loweh.
Perjalanan panjang yang ditempuh dan berbagai rintangan banyak ditemui, mulai dari jalan setapak, menuruni lembah, melewati deretan bebatuan besar, dan menaiki bukit dan tebing, hingga menyusuri aliran air.
Dilansir dari wikipedia.org, keberadaan batu menhir tersebut, berada di Nagari Maek (Mahat), Kecamatan Bukik Barisan, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.
Menhir Mahat sendiri merupakan kumpulan ratusan/ribuan menhir atau batu berdiri peninggalan budaya megalitik yang terdapat di Nagari Mahat, Bukit Barisan, Limapuluh Kota, Sumatra Barat.
Menhir-menhir tersebut diperkirakan berusia sekitar 2.000-6.000 tahun sebelum masehi. Semua menhir itu menghadap ke satu arah, yaitu ke Gunung Sago, yakni Gunung yang berada di Kabupaten Limapuluh Kota. Keberadaan menhir-menhir tersebut dimaknai sebagai tanda makam, tanda penghormatan, dan tanda kepercayaan para nenek moyang zaman dahulu.
Nagari Maek belum begitu populer seperti daerah lain yang ada di Sumatera Barat. Namun, daerah ini memiliki banyak potensi wisata dan cerita sejarah.
Nagari Maek disebut juga sebagai Nagari 1.000 Menhir. Ini mengingat banyaknya batu-batu menhir di daerah tersebut dengan berbagai bentuk dan ukuran.
Selain batu menhir, Nagari Maek memiliki Bukik Posuak yang bisa masuk dalam daftar kunjungan. Bukik Posuak atau juga dikenal sebagai sebuah bukit yang berlobang di bagian tengah. Ukurannya ada yang menyebut sebesar masjid, bahkan ada juga yang mengatakan, bahwa pesawat terbang bisa lewat di lobang bukit tersebut. []