ARASYNEWS.COM, PEKANBARU – Bendera merah putih berukuran raksasa berkibar di jembatan Siak III di kota Pekanbaru pada Rabu, 17 Agustus 2022.
Bendera ini berukuran 20×10 meter yang diprakarsai Komunitas Kampung Merah Putih (KMP) dan bekerja sama dengan mahasiswa pecinta alam (mapala) di kota Pekanbaru.
Pengibaran bendera ini juga dilaksanakan upacara yang sebagai inspektur upacara adalah Camat Senapelan, Norpendike yang dilakukan di kawasan pemukiman di dekat jembatan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah, Kampung Bandar, Senapelan, Kota Pekanbaru, Riau.
Ketua pelaksana KMP Yuke Cinantya menyebutkan, aksi pengibaran di bawah jembatan dekat Kampung Bandar tersebut selain mengenang jasa pahlawan juga ingin mempromosikan pariwisata di Kota Pekanbaru.
”Ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada pahlawan di Riau dan juga ingin perkenalkan kepada dunia tentang daerah Senapelan sebagai salah satu destinasi wisata di kota Pekanbaru. Senapelan adalah daerah pertama berkembangnya kota Pekanbaru,” jelas dia.
Aksi pengibaran bendera di jembatan ini bukan yang pertama dilaksanakan KMP.
Bendera itu terpasang di atas Sungai Siak dan berada pada sisi Bandar Senapelan, tepatnya di laman Rumah Singgah Tuan Kadi, yakni cagar budaya situs bersejarah Kesultanan Siak Sri Indrapura.
Lokasi pelaksanaan upacara kemerdekaan RI ini digelar di kompleks situs bersejarah Kesultanan Siak Sri Indrapura, Rumah Singgah Tuan Kadi di tepi sungai Siak kota Pekanbaru.
Untuk diketahui, dalam catatan sejarah, Pekanbaru awalnya bernama Senapelan. Yakni sebuah pelabuhan kecil dari kesultanan Siak. Dengan nama resmi administratif pertamanya adalah Kebatinan Senapelan, kemudian berubah nama menjadi Dusun Payung Sekaki.
Tempat ini adalah sebagai transit komoditas perdagangan yang dari pedalaman Riau melalui aliran sungai lainnya di Riau.
Daerah ini terus berkembang, dan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah, Sultan Siak kedua yang bertakhta di Senapelan, mendirikan sebuah pekan atau pasar di sekitar Kampung Bandar saat ini.
Pada 23 Juni 1784, para datuk empat suku, Datuk Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar dan Datuk Kampar di Senapelan, sepakat mengubah nama wilayah ini menjadi Pekan Baharu atau Pekanbaru. []